Iklan

Karya

Pesan-pesan

Wednesday, 13 July 2011

Para Pemain Muda Malang Bintang Timnas U-13 (Habis)

Pulang Bawa Uang Jutaan, Idamkan Jadi Pemain Profesional 
LANGKAH  tak mudah dialami penggawa timnas U-13 saat tampil di ajang AFC U-13 (Boys) Festival of Football 2011 di Kinibalu, Sabah, Malaysia, sebelum mengantarkan tim menyabet predikat runner up. Mereka tidak hanya menghadapi persaingan dengan tim wakil dari sembilan negara zona Asia Tenggara. Melainkan, para pemain ini juga harus menghadapi situasi dan kondisi negeri Malaysia yang berbeda dengan Indonesia.
Malang Raya menjadi pengirim pemain terbanyak di amunisi timnas U-13 di AFC U-13 (Boys) Festival of Football 2011. Tujuh dari 22 pemain pembela Garuda Muda Indonesia adalah arek-arek asal Malang yang terangkum tim Banteng Muda Kota Malang. Meliputi, Adhimas Febriansyah, Andhika Agrapana, Arman Sahfril Adam, Hendra Putra Satriya, Riski Pratama, Tio Sapta Kusuma dan Yusuf Wahyu Prayudha. Sementara, paling banyak kedua pemain yang diminta pelatnas berasal dari Uni Bandung.
Sebelum empat hari beruntun tampil di gelaran itu, mereka hanya punya waktu sepekan menjalani pelatnas di mes timnas Bea Cukai Rawamangun, Jakarta Timur. Setiba di Malaysia, Tio Sapta Kusuma dkk juga langsung beradaptasi suasana panas Kinabalu yang bisa mencapai 31 derajat celcius jika siang hari. Meski demikian, prestasi ciamik ditunjukkan timnas hingga sukses menjadi tim terbaik kedua di ajang ini AFC U-13 Boys ini.
‘’Ya disana (Kinibalu, Red), cuacanya panas, tapi kita tetap berusaha tampil sebaik-baiknya saat main. Satu minggu, 22 pemain timnas latihan bersama untuk persiapan turun di AFC U-13. Jadi, sesampai disana, tiap pemain coba terus berkoordinasi, baik saat tidur bersama di asrama. Belum lagi, postur pemain lawannya juga besar-besar,” ujar stopper Adhimas Febriansyah yang berasal dari Cokolio Kepanjen ini.
Tujuh pemain ini sempat bermasalah dengan makanan khas yang jadi santapan setiap hari selama di Malaysia. Pasalnya, rasa dan jenis makanannya banyak yang tidak ada di Indonesia, atau kampung halamannya. Kalau ada nasi pecel, mereka lebih memilihnya, daripada harus mengkonsumsi daging lembu yang eneg ataupun tahu setengah matang. Untuk menghindari lapar, mereka harus jajan sendiri keluar asrama untuk beli makanan siap saji seperti ayam goreng dan mie gelas.
‘’Wah bisa lemes kalau sampai nggak makan, bisa lemes-lemes saat main nanti. Jadi, kita keluar jajan, atau ya makan mie gelasan, walaupun kalau nggak ada air panas, ya pakai air dingin. Setelah diremas-remas, langsung dimakan. Lha nggak ada nasi pecel,” kelakar Yusuf Wahyu, kiper timnas berpostur 172 centimeter ini yang tercatat hanya kebobolan tiga gol masing-masing saat tim main lawan Malaysia, Thailand dan Vietnam.
Perjuangan itu berbuah hasil hingga rentetan kemenangan dicatat timnas U-13. Di hari pertama, dua tim Indonesia mencukur Laos 8-0 dan Myanmar 4-1. Di hari kedua, giliran Singapura dipermak 3-0 dan sehari kemudian tim menang 4-1 atas Myanmar. Sedangkan tim juara Thailand hanya sekali raih kemenangan besar 11-2 atas Kamboja. Pelatih Timnas U-13 Mundari Karya dan Yeyen Tumena memuji produktivitas mencetak gol anak-anak Tim Merah Putih ini. Timnas total mencetak 26 gol dengan kebobolan lima gol dari 10 laga yang dimainkan.
‘’Saya cetak empat gol, dua gol ke gawang Laos, satu gol ke Singapura dan Myanmar. Timnas menang 8-0, 3-0 dan 5-1. Senang bisa main di timnas, saya harus bisa terus di timnas, dan jadi pemain profesional. Saya akan terus latihan yang lebih baik lagi,” aku Riski Pratama, striker kelahiran 6 Mei 1998 ini berharap kelak terus bisa membela timnas dan menjadi pemain profesional.
PSSI pun tidak tutup mata dengan prestasi membanggakan itu. Seluruh pemain timnas U-13 mendapatkan uang prestasi yang totalnya mencapai diatas Rp 1 juta. Uang itu juga termasuk uang saku yang diberikan dalam satuan dolar dan uang pengganti pembuatan paspor. Tak terkecuali, tujuh pemain timnas asal Malang senang bisa mendapatkan uang dari hasil jerih payahnya bermain. Setiba di Malang, ada dari mereka yang akan menabungkannya, ada juga yang ingin dipakai untuk beli sepatu dan play station. ‘’Pengalamannya wuenak, enaknya dapat uang banyak. Uangnya dari PSSI, Rp 1 juta lebih. Gantinya tiket, gantinya paspor, uang saku. Jakarta ya dikasih lagi, makanannya kurang, disana nggak cocok. Disana, kita juga bisa jalan-jalan ke Mall Borneo. Bisa lihat pantai, saat berangkat ke lapangan dari asrama Tabung Haji. Kalau yang Tio beli sepatu, Hendra beli PS, Riski beli sepatu juga, beli sepatu juga,” terang gelandang timnas, Andhika Agrapana. (poy heri pristianto)

Sumber

Pemain Muda Malang Bintang Timnas U-13 (1)

Timnas Indonesia usia di bawah 13 tahun (U-13) menempati peringkat kedua di AFC U-13 (Boys) Festival of Football 2011 di Kinabalu, Sabah, Malaysia. Timnas Garuda Muda Indonesia setingkat di bawah Thailand dengan selisih satu kemenangan atau tiga poin. Ternyata dari 22 pemain dalam skuad timnas, tujuh diantaranya merupakan para pemain yang berasal dari Malang Raya.
Tengah hari kemarin, tujuh bocah berjaket hitam turun dari tangga pesawat yang tak lama mendarat di Bandara Abdurahman Saleh Pakis. Meski disengat terik panas matahari, satu per satu turun meninggalkan pesawat yang mengantarkannya dari Jakarta dengan wajah sumringah. Keceriaan itu sangat terpancar dari mereka sekembali menginjakkan kaki di Bhumi Arema. Ditambah lagi, para anggota keluarga, terutama orang tuanya juga setia menunggu.
Mereka ini adalah para pemain pilihan yang baru saja tergabung membela timnas U-13 di ajang AFC U-13 (Boys) Festival of Football 2011, 24 Mei-6 Juni kemarin. Dari total 10 laga yang diikuti tim dari sembilan negara anggota AFC zona Asia Tenggara itu, mereka sukses mengantarkan Garuda Muda menang enam kali, seri dua kali, dan kalah dua kali. Sedangkan, tim terbaik, Thailand menang tujuh kali, sekali seri, dan kalah dua kali.
‘’Ikut bangga jadi kapten timnas, bisa main dengan anak-anak wakil dari Asia. Cukup bangga bisa kembali main di level internasional. Mainnya semangat, kami dilatih coach Mundari Karya dan Yeyen Tumena. Sepulang dari timnas, saya harus tetap berlatih, lebih baik dari sebelumnya, kembali ke tim Banteng Muda,” ujar Tio Sapta Kusuma, bek kanan yang sekaligus kapten timnas U-13 kepada Malang Post, sore kemarin.
Ya, pemain kelahiran Tirtoyudo, 22 Juni 1998 ini sebelumnya mewakili Indonesia dari Banteng Muda di ajang Piala Danone di Afrika Selatan. Rasa bangga sangat dimiliki mereka setelah membela merah putih di ajang internasional. Tak terkecuali, hal itu dimiliki Arman Safril Adam, gelandang kiri yang sukses mengawal timnas minim dari kebobolan. Pemain yang dikenal memiliki kelincahan dan agresif dalam membantu penyerangan ini mengaku, senang bisa menampilkan seluruh kemampuannya bersama timnas.
Tak terkecuali, arek Pandanwangi ini mengungkapkan  dirinya dan rekannya harus kontak fisik dengan para pemain sebayanya  memiliki postur lebih besar dan tinggi. Dengan semangat tinggi, Safril menyebut, timnas mampu bersaing dan juga membawa timnas nangkring di peringkat dua klasemen akhir. Meski sejatinya, 22 pemain yang tergabung di timnas hanya seminggu menjalani latihan bersama. ‘’Main menyerang, kelincahan bisa keluar. Selama di Malaysia, saya beri dua kali assist, dan jadi gol yang dicetak Suhendri dan Tedi Hasanudin semua dari heading,” ujar pengidola David Backham yang masih ingat pesan orang tuanya agar diminta main bagus selama tampil.
Dari tujuh pemain yang juga tergabung dalam tim Banteng Muda Malang ini, hampir seluruhnya menjadi starter. Namanya masih bocah, sebagian dari mereka justru malu-malu ketika disebut sebagai starter timnas. Hal ini seperti yang ditunjukkan bek kiri timnas, Hendra Putra Satrya. Saking malunya, pemain kelahiran Sumbermanjing Wetan, 9 Juli 1998 ini malah tidak bisa menceritakan kenangannya selama tampil membela timnas U-13 dan berkunjung ke Malaysia. ‘’Waduh biyung, bagaimana rasanya dan kesannya. Ya, senang dan bangga bisa bermain di luar negeri, senang. Hampir dua minggu  memendam rindu sama keluarga,” terang Hendra. (poy heri pristianto)

Sumber