Pulang Bawa Uang Jutaan, Idamkan Jadi Pemain Profesional
LANGKAH tak mudah dialami penggawa timnas U-13 saat tampil di ajang AFC U-13 (Boys) Festival of Football 2011 di Kinibalu, Sabah, Malaysia, sebelum mengantarkan tim menyabet predikat runner up. Mereka tidak hanya menghadapi persaingan dengan tim wakil dari sembilan negara zona Asia Tenggara. Melainkan, para pemain ini juga harus menghadapi situasi dan kondisi negeri Malaysia yang berbeda dengan Indonesia.
Malang Raya menjadi pengirim pemain terbanyak di amunisi timnas U-13 di AFC U-13 (Boys) Festival of Football 2011. Tujuh dari 22 pemain pembela Garuda Muda Indonesia adalah arek-arek asal Malang yang terangkum tim Banteng Muda Kota Malang. Meliputi, Adhimas Febriansyah, Andhika Agrapana, Arman Sahfril Adam, Hendra Putra Satriya, Riski Pratama, Tio Sapta Kusuma dan Yusuf Wahyu Prayudha. Sementara, paling banyak kedua pemain yang diminta pelatnas berasal dari Uni Bandung.
Sebelum empat hari beruntun tampil di gelaran itu, mereka hanya punya waktu sepekan menjalani pelatnas di mes timnas Bea Cukai Rawamangun, Jakarta Timur. Setiba di Malaysia, Tio Sapta Kusuma dkk juga langsung beradaptasi suasana panas Kinabalu yang bisa mencapai 31 derajat celcius jika siang hari. Meski demikian, prestasi ciamik ditunjukkan timnas hingga sukses menjadi tim terbaik kedua di ajang ini AFC U-13 Boys ini.
‘’Ya disana (Kinibalu, Red), cuacanya panas, tapi kita tetap berusaha tampil sebaik-baiknya saat main. Satu minggu, 22 pemain timnas latihan bersama untuk persiapan turun di AFC U-13. Jadi, sesampai disana, tiap pemain coba terus berkoordinasi, baik saat tidur bersama di asrama. Belum lagi, postur pemain lawannya juga besar-besar,” ujar stopper Adhimas Febriansyah yang berasal dari Cokolio Kepanjen ini.
Tujuh pemain ini sempat bermasalah dengan makanan khas yang jadi santapan setiap hari selama di Malaysia. Pasalnya, rasa dan jenis makanannya banyak yang tidak ada di Indonesia, atau kampung halamannya. Kalau ada nasi pecel, mereka lebih memilihnya, daripada harus mengkonsumsi daging lembu yang eneg ataupun tahu setengah matang. Untuk menghindari lapar, mereka harus jajan sendiri keluar asrama untuk beli makanan siap saji seperti ayam goreng dan mie gelas.
‘’Wah bisa lemes kalau sampai nggak makan, bisa lemes-lemes saat main nanti. Jadi, kita keluar jajan, atau ya makan mie gelasan, walaupun kalau nggak ada air panas, ya pakai air dingin. Setelah diremas-remas, langsung dimakan. Lha nggak ada nasi pecel,” kelakar Yusuf Wahyu, kiper timnas berpostur 172 centimeter ini yang tercatat hanya kebobolan tiga gol masing-masing saat tim main lawan Malaysia, Thailand dan Vietnam.
Perjuangan itu berbuah hasil hingga rentetan kemenangan dicatat timnas U-13. Di hari pertama, dua tim Indonesia mencukur Laos 8-0 dan Myanmar 4-1. Di hari kedua, giliran Singapura dipermak 3-0 dan sehari kemudian tim menang 4-1 atas Myanmar. Sedangkan tim juara Thailand hanya sekali raih kemenangan besar 11-2 atas Kamboja. Pelatih Timnas U-13 Mundari Karya dan Yeyen Tumena memuji produktivitas mencetak gol anak-anak Tim Merah Putih ini. Timnas total mencetak 26 gol dengan kebobolan lima gol dari 10 laga yang dimainkan.
‘’Saya cetak empat gol, dua gol ke gawang Laos, satu gol ke Singapura dan Myanmar. Timnas menang 8-0, 3-0 dan 5-1. Senang bisa main di timnas, saya harus bisa terus di timnas, dan jadi pemain profesional. Saya akan terus latihan yang lebih baik lagi,” aku Riski Pratama, striker kelahiran 6 Mei 1998 ini berharap kelak terus bisa membela timnas dan menjadi pemain profesional.
PSSI pun tidak tutup mata dengan prestasi membanggakan itu. Seluruh pemain timnas U-13 mendapatkan uang prestasi yang totalnya mencapai diatas Rp 1 juta. Uang itu juga termasuk uang saku yang diberikan dalam satuan dolar dan uang pengganti pembuatan paspor. Tak terkecuali, tujuh pemain timnas asal Malang senang bisa mendapatkan uang dari hasil jerih payahnya bermain. Setiba di Malang, ada dari mereka yang akan menabungkannya, ada juga yang ingin dipakai untuk beli sepatu dan play station. ‘’Pengalamannya wuenak, enaknya dapat uang banyak. Uangnya dari PSSI, Rp 1 juta lebih. Gantinya tiket, gantinya paspor, uang saku. Jakarta ya dikasih lagi, makanannya kurang, disana nggak cocok. Disana, kita juga bisa jalan-jalan ke Mall Borneo. Bisa lihat pantai, saat berangkat ke lapangan dari asrama Tabung Haji. Kalau yang Tio beli sepatu, Hendra beli PS, Riski beli sepatu juga, beli sepatu juga,” terang gelandang timnas, Andhika Agrapana. (poy heri pristianto)
Sumber
LANGKAH tak mudah dialami penggawa timnas U-13 saat tampil di ajang AFC U-13 (Boys) Festival of Football 2011 di Kinibalu, Sabah, Malaysia, sebelum mengantarkan tim menyabet predikat runner up. Mereka tidak hanya menghadapi persaingan dengan tim wakil dari sembilan negara zona Asia Tenggara. Melainkan, para pemain ini juga harus menghadapi situasi dan kondisi negeri Malaysia yang berbeda dengan Indonesia.
Malang Raya menjadi pengirim pemain terbanyak di amunisi timnas U-13 di AFC U-13 (Boys) Festival of Football 2011. Tujuh dari 22 pemain pembela Garuda Muda Indonesia adalah arek-arek asal Malang yang terangkum tim Banteng Muda Kota Malang. Meliputi, Adhimas Febriansyah, Andhika Agrapana, Arman Sahfril Adam, Hendra Putra Satriya, Riski Pratama, Tio Sapta Kusuma dan Yusuf Wahyu Prayudha. Sementara, paling banyak kedua pemain yang diminta pelatnas berasal dari Uni Bandung.
Sebelum empat hari beruntun tampil di gelaran itu, mereka hanya punya waktu sepekan menjalani pelatnas di mes timnas Bea Cukai Rawamangun, Jakarta Timur. Setiba di Malaysia, Tio Sapta Kusuma dkk juga langsung beradaptasi suasana panas Kinabalu yang bisa mencapai 31 derajat celcius jika siang hari. Meski demikian, prestasi ciamik ditunjukkan timnas hingga sukses menjadi tim terbaik kedua di ajang ini AFC U-13 Boys ini.
‘’Ya disana (Kinibalu, Red), cuacanya panas, tapi kita tetap berusaha tampil sebaik-baiknya saat main. Satu minggu, 22 pemain timnas latihan bersama untuk persiapan turun di AFC U-13. Jadi, sesampai disana, tiap pemain coba terus berkoordinasi, baik saat tidur bersama di asrama. Belum lagi, postur pemain lawannya juga besar-besar,” ujar stopper Adhimas Febriansyah yang berasal dari Cokolio Kepanjen ini.
Tujuh pemain ini sempat bermasalah dengan makanan khas yang jadi santapan setiap hari selama di Malaysia. Pasalnya, rasa dan jenis makanannya banyak yang tidak ada di Indonesia, atau kampung halamannya. Kalau ada nasi pecel, mereka lebih memilihnya, daripada harus mengkonsumsi daging lembu yang eneg ataupun tahu setengah matang. Untuk menghindari lapar, mereka harus jajan sendiri keluar asrama untuk beli makanan siap saji seperti ayam goreng dan mie gelas.
‘’Wah bisa lemes kalau sampai nggak makan, bisa lemes-lemes saat main nanti. Jadi, kita keluar jajan, atau ya makan mie gelasan, walaupun kalau nggak ada air panas, ya pakai air dingin. Setelah diremas-remas, langsung dimakan. Lha nggak ada nasi pecel,” kelakar Yusuf Wahyu, kiper timnas berpostur 172 centimeter ini yang tercatat hanya kebobolan tiga gol masing-masing saat tim main lawan Malaysia, Thailand dan Vietnam.
Perjuangan itu berbuah hasil hingga rentetan kemenangan dicatat timnas U-13. Di hari pertama, dua tim Indonesia mencukur Laos 8-0 dan Myanmar 4-1. Di hari kedua, giliran Singapura dipermak 3-0 dan sehari kemudian tim menang 4-1 atas Myanmar. Sedangkan tim juara Thailand hanya sekali raih kemenangan besar 11-2 atas Kamboja. Pelatih Timnas U-13 Mundari Karya dan Yeyen Tumena memuji produktivitas mencetak gol anak-anak Tim Merah Putih ini. Timnas total mencetak 26 gol dengan kebobolan lima gol dari 10 laga yang dimainkan.
‘’Saya cetak empat gol, dua gol ke gawang Laos, satu gol ke Singapura dan Myanmar. Timnas menang 8-0, 3-0 dan 5-1. Senang bisa main di timnas, saya harus bisa terus di timnas, dan jadi pemain profesional. Saya akan terus latihan yang lebih baik lagi,” aku Riski Pratama, striker kelahiran 6 Mei 1998 ini berharap kelak terus bisa membela timnas dan menjadi pemain profesional.
PSSI pun tidak tutup mata dengan prestasi membanggakan itu. Seluruh pemain timnas U-13 mendapatkan uang prestasi yang totalnya mencapai diatas Rp 1 juta. Uang itu juga termasuk uang saku yang diberikan dalam satuan dolar dan uang pengganti pembuatan paspor. Tak terkecuali, tujuh pemain timnas asal Malang senang bisa mendapatkan uang dari hasil jerih payahnya bermain. Setiba di Malang, ada dari mereka yang akan menabungkannya, ada juga yang ingin dipakai untuk beli sepatu dan play station. ‘’Pengalamannya wuenak, enaknya dapat uang banyak. Uangnya dari PSSI, Rp 1 juta lebih. Gantinya tiket, gantinya paspor, uang saku. Jakarta ya dikasih lagi, makanannya kurang, disana nggak cocok. Disana, kita juga bisa jalan-jalan ke Mall Borneo. Bisa lihat pantai, saat berangkat ke lapangan dari asrama Tabung Haji. Kalau yang Tio beli sepatu, Hendra beli PS, Riski beli sepatu juga, beli sepatu juga,” terang gelandang timnas, Andhika Agrapana. (poy heri pristianto)
Sumber