Sejarah masuknya Islam di Asia Tenggara sampai saat ini merupakan polemik panjang yang menimbulkan pro dan kontra antara sejarawan, agamawan, arkeolog, dan intelektual. Namun, yang menjadi referensi umum, masuknya Islam di Asia Tenggara adalah melalui proses perdagangan internasional yang berpusat di Selat Malaka melalui para pedagang muslim Persia dan Arab.
Hal yang sama akan dikupas dalam buku ini yang memberikan gambaran singkat atas masuknya Islam di Asia Tenggara dalam berbagai perspektif. Secara tidak langsung dari berbagai perspektif itulah wacana baru mengenai sejarah masuknya Islam di Asia Tenggara masih terbuka lebar.
Tercatat pada abad VII dan VIII, banyak pedagang muslim Persia dan Arab yang turut berlayar dan berdagang di Selat Malaka. Sebab, Selat Melaka menjadi tempat strategis untuk menghubungkan antara Asia Timur Jauh, Asia Tenggara, dan Asia Barat. Melalui jalur prdagangan ini kemudian para muslim Persia dan Arab mulai mensyiarkan Islam di Asia Tenggara. Bahkan penyebaran Islam mulai merebah di daerah bagian Timur Asia, yaitu negeri China.
Pada abad XII, posisi Islam sudah mulai mendapatkan banyak pengikut. Bahkan pada saat itu sudah terdapat komunitas muslim yang mayoritas adalah pedagang. Bisa dikatakan, Islam pada masa ini banyak melakukan penetrasi agama ke berbagai wilayah Asia. Perkembangan pesat dapat dilihat pada abad XVI. Pada masa itu, Islam mulai mendapatkan posisi strategis di Asia karena bertepatan dengan munculnya kerajaan yang bercorak Islam. Di sinilah Islam mendapatkan napas baru yang lebih segar (hlm 14).
Sesuai dengan perkembangannya, Islam kemudian berafiliasi dari satu negara ke negara lain di Asia Tenggara. Dengan demikian, Islam tidak hanya menjadi agama pedagang, tetapi agama yang mulai dipeluk oleh masyarakat pada umumnya. Bahkan, Islam bisa dikatakan sudah menjadi agama terbesar di Asia Tenggara dan Dunia.
Secara signifikan, Islam telah memberikan pandangan hidup (way of life) baru bagi penduduk Asia Tenggara. Dikatakan demikian karena penduduk yang pada mulanya tidak mempunyai embel-embel agama, sejak datangnya Islam, mereka kemudian mempunyai agama dan berketuhanan. Yang perlu diapresiasi adalah bahwa Islam datang di Asia Tenggara tidak serta merta menghilangkan budaya atau lokalitas penduduk. Islam justru menjadi bingkai dan turut mewarnai jalannya tradisi penduduk.
Di Jawa yang merupakan bagian dari Asia, Islam disebarluaskan oleh ulama sembilan atau lebih dikenal Wali Songo. Islam yang mereka sebarkan adalah dengan cara membingkai budaya-budaya Jawa dengan tradisi keislaman. Misalnya, Sunan Kali Jaga yang menyebarkan Islam dengan pertunjukan wayang kulit. Wayang kulit ini kemudian dimasuki unsur-unsur keislaman, seperti, kalimosodo (kalimat syahadat).
Dengan demikian, proses penyebaran Islam ala Sunan Kali Jaga ini langsung menyentuh pada budaya masyarakat Jawa pada waktu itu. Justru dengan inilah tradisi keislaman itu cepat meresap dan membaur dengan tradisi Jawa tersebut. Proses yang sama juga dilakukan oleh sunan-sunan lainnya untuk menyebarkan ajaran Islam di Pulau Jawa.
Namun, proses masuknya Islam di negara-negara bagian Asia Tenggara tidak sepenuhya sama. Semuanya memiliki karakteristik masing-masing dan budaya yang sama sekali berbeda. Ada juga negara yang sudah menggunakan tradisi Islam ala Persia dan Islam ala Arab. Di Malaysia, misalnya, ajaran Islam atau tradisi Islam Arab sudah mulai merebah Malaysia. Bahkan, Malaysia merupakan salah satu negara di Asia yang ajaran keislamannya hampir mirip dengan Islam Arab.
Hingga sekarang, jejak tilas Islam yang palig besar di Asia Tenggara adalah di dataran Indonesia. Bahkan, Indonesia bagi orang-orang Barat sering dinamakan sebagai negara Islam terbesar di Asia.
Sejarah masuknya Islam di Asia Tenggara adalah sejarah panjang yang tidak mungkin dikupas semuanya dalam buku setebal 286 halaman ini. Membutuhkan waktu dan penelitian panjang untuk menuliskan sejarah masuknya Islam tersebut. Bagi penulis, memang sangat tepat apabila buku ini dikatakan sebagai pengantar untuk orang yang ingin mempelajari proses masuknya Islam di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Setidaknya, sedikit penggalan sejarah yang ditulis oleh Saifullah ini menjadi stimulus bagi pembaca agar menelisik lebih jauh sejarah Islam di Asia Tenggara.
Secara khusus, buku ini ditulis sebagai bahan perkuliahan di perguruan tinggi. Selain diksi kata yang mudah dipahami, buku ini juga menghadirkan banyak referensi mendukung guna memperkuat setiap argumen yang ada sehingga masyarakat umum juga tepat untuk membaca buku ini.
http://oase.kompas.com/read/2011/03/23/23595635/Menelisik%20Islam%20di%20Asia%20Tenggara